Doa Malaikat Dalam Al Quran

Doa Malaikat Dalam Al Quran

Salah satu dampak negatif dari judi adalah menghalangi pelakunya dari melakukan sholat dan ibadah lain. Allah SWT telah menjelaskannya dalam Al Quran surat Al Maidah ayat 91,

إِنَّمَا يُرِيدُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةَ وَٱلْبَغْضَآءَ فِى ٱلْخَمْرِ وَٱلْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ وَعَنِ ٱلصَّلَوٰةِ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ

Arab latin: Innamā yurīdusy-syaiṭānu ay yụqi'a bainakumul-'adāwata wal-bagḍā`a fil-khamri wal-maisiri wa yaṣuddakum 'an żikrillāhi wa 'aniṣ-ṣalāti fa hal antum muntahụn

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Sejalan dengan firman tersebut, dampak negatif judi juga dijelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas XI. Buku ini ditulis Toto Adidarmo, MA, dan Drs Mulyadi.

Hadits tentang Malaikat Pencatat Amal

Hadits yang membahas tentang malaikat pencatat amal baik dan buruk, ini sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Abu Umamah, disebutkan bahwa:

كَاتِبُ الْحَسَنَاتِ عَلَى يَمِيْنِ الرَّجُلِ، وَكَاتِبُ السَّيِّئَاتِ عَلَى يَسَارِ الرَّجُلِ، وَكَاتِبُ الْحَسَنَاتِ أَمِينٌ عَلَى كَاتِبِ السَّيِّئَاتِ، فَإِذَا عَمِلَ حَسَنَةً كَتَبَهَا مَلَكُ الْيَمِينِ عَشْرًا، وَإِذَا عَمِلَ سَيِّئَةً قَالَ صَاحِبُ الْيَمِينِ لِصَاحِبِ الشِّمَالِ: دَعْهُ سَبْعَ سَاعَاتٍ، لَعَلَّهُ يُسَبِّحُ أَوْ يَسْتَغْفِر

Artinya: "Malaikat pencatat amal baik berada di sebelah kanan seseorang, sementara malaikat pencatat amal buruk berada di sebelah kirinya. Malaikat pencatat amal baik menjadi pemimpin malaikat pencatat amal buruk. Jika seseorang mengerjakan suatu amal baik, malaikat kanan mencatatnya sepuluh.

Dan ketika ia mengerjakan satu amal buruk, malaikat kanan berkata kepada malaikat kiri, Jangan tulis dulu, biarkan selama tujuh saat, barangkali ia bertasbih atau beristighfar meminta ampunan." (Riwayat ini disebutkan oleh Az-Zamakhsyari, Al Qurthubi dan Al Baidhawi)

Selain itu, Hasan Al Bashri dan Qatadah juga mengemukakan terkait malaikat pencatat ini,

"Kedua malaikat pencatat mencatat semua perkataan, lalu Allah SWT memilah yang baik dan yang buruk, lalu menetapkannya, sedangkan yang selain itu Dia hapus."

Firdaus, D. H. (2022). SEDEKAH DALAM PERSFEKTIF AL-QURAN (Suatu Tinjauan Tafsir Maudhu’i). Ash-Shahabah : Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 3(1), 88–100. https://doi.org/10.59638/ash.v3i1.73

Tahukah anda bahwa jumlah huruf dalam al-Qur’an ada sebanyak 330.733. Dan, ternyata bilangan ini sama dengan 17.040 dikalikan dengan 19. bilangan 19 adalah sama degan jumlah huruf dalam kata Bismillahhirrahmaanirrahiim.Eksistensi al-Qur’an Dalam keberadaanya, al-Qur’an bisa dikatakan kitab yang pasif. Ia tidak bisa menjadi apa-apa seakan hanya kitab bacaan biasa adanya. Kepasifan al-Qur’an akan terjadi selamanya, bilamana kita sendiri pasif dengan keeksistensiannya dan kita pasif dalam menguraikan al-Qur’an, dalam artian kita yang pasif untuk mengkajinya. Selama ini, al-Qur’an juga dikatakan sebagai kitab yang aktif. Ia bisa memberikan berbagai landasan-landasan sebagai dasar sumber adanya ilmu pengetahuan lainnya. Dalam keaktifannya, kita semakin aktif dalam mengupas rahasia-rahasia yang disampaikannya, semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dapat kita temukan.Tidak luput pula, matematika yang memandang al-Qur’an merupakan induk dari disiplin ilmu pengetahuan. Untuk itulah dalam hal ini al-Qur’an, jika dikaji menurut metode matematika akan diperoleh dimensi-dimensi ruang al-Quran. Dimensi-dimensi tersebut, berupa empat dimensi, yakni dimensi Tulisan, dimensi Bacaan, dimensi Makna dan dimensi Fakta. Keempat dimensi tersebut, sebagai satu kesatuan yang harus ada.Sangat perlu sekali, untuk menelusuri keberadaan al-Quran, terlebih khususnya empat dimensi yang ada di dalamnya. Seseorang akan terpecah-pecah pemikirannya, jika hanya mempelajari dan memahami sebagian dari keempat dimensi. Karena keempat tersebut merupakan satu kesatuan kandungan al-Qur’an itu sendiri.

Hedonisme sepertinya sudah melanda semua orang di zaman yang mengagungkan kemewahan seperti sekarang ini. Sehingga kekayaan, yang dianggap modal untuk bersikap hedon, seolah menjadi muara dari semua aktivitas manusia. Sikap hedon, dan mencirikan diri dengan memiliki harta banyak, menjadi acuan untuk menggapai kemuliaan, kehormatan, dan kewibawaan.

Tayangan sinetron yang banyak menunjukkan gaya hidup mewah menambah kuat anggapan masyarakat, bahwa tanda kesuksesan seseorang itu manakala memiliki rumah mewah dua lantai, ada kolam renangnya, di garasinya ada lebih dari satu mobil mewah, kerja kantoran, berjas setiap hari, makan di restoran bonafid.

Virus kaya tersebut ternyata tidak hanya melanda masyarakat bawah, yang hanya bisa berangan-angan dengan menyaksikan sinetron. Tetapi juga melanda orang-orang atau golongan yang notabene sudah ada di garis kemewahan. Buktinya, banyak kasus korupsi yang dilakukan para pejabat.

Baik pejabat eksekutif; Menteri dan kepala daerah, maupun pejabat legislatif; para anggota dewan. Pusat maupun daerah. Padahal, dari penghasilan mereka dari jabatan dan bisnisnya, mereka seharusnya sudah tidak merasa kekurangan.

Apakah kita tidak boleh kaya?

Islam tidak melarang hidup kaya, karena kekayaan adalah salah satu nikmat dari Allah Swt. Lalu, bagaimana Al-Quran dan Hadis, sebagai dua dasar hukum Islam, memandang kekayaan?

Kekayaan (dan kemiskinan) adalah bentuk ujian dari Allah Swt. Seseorang diberi kekayaan (atau kemiskinan), hakikatnya adalah ketetapan Allah Swt. Allah Swt hendak menguji keimanan seorang manusia dengan kekayaan (dan kemiskinan).

Pernyataan di atas dijelaskan di beberapa ayat Al-Quran berikut,

"... Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) diri sendirinya, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia." (QS. An-naml; 40)

"Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun."  (QS. Al-Mulk: 2)

Lihat Humaniora Selengkapnya

TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga Ali Imran adalah satu-satunya keluarga yang dipakai untuk menjadi nama surah dalam Al-Quran. Keluarga biasa ini dipuji sejajar dengan keluarga Nabi. Mengutip dari p2k.unkris.ac.id, keluarga Ali Imran diceritakan di surah ketiga dalam Al-Quran.

Surah Ali Imran ini terdiri dari 200 ayat berisikan kisah Kelahiran nabi Isa as, serta disebut pula kelahiran Maryam binti Imran, ibu Nabi Isa. Membaca surat Ali Imran memiliki banyak keutamaan, salah satunya diberikan syafa'at kelak pada hari Kiamat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keluarga Ali Imran adalah keluarga saleh yang tinggal di Nazaret, yakni sebuah tempat di utara Israel. Imran merupakan ayah dari Maryam kakek nabi Isa. Nama lengkapnya adalah ‘Imran bin Saham bin Amor bin Meisyan bin Heizkil bin Ahrif bin Baum bin Ezazia bin Amsiya bin Nawus bin Nunya bin Bared bin Yosafat bin Radim bin Abia bin Rabeam bin Sulaiman bin Daud as.

Dalam Al-Quran dan injil tidak banyak yang membahas sosok pribadi Imran. Berdasarkan publikasi "Potret Keluarga Imran" Imran telah wafat di usia yang sudah lanjut dan meninggalkan seorang istri yang sedang mengandung. Imran merupakan pemuka Bani Israil sekaligus juga pemimpin para pendoa dalam tradisi Yahudi di Baitul Maqdis.

Imran merupakan keturunan dari Nabi Ya’qub yang memiliki seorang istri bernama Hannah binti Yaqudz. Hannah kemudian melahirkan anak bernama Maryam, Ibunda nabi ‘Isa as. Maryam dan putranya tidak tersentuh setan, lantaran Maryam wanita yang memelihara kehormatannya dan wanita terbaik pada masanya.

Merangkum dari publikasi "Karakteristik Keluarga Imran (Ali Imran)" istri Imran termasuk keturunan Yahudza bin Ya’qub as. Ia memiliki seorang saudara perempuan bernama Isya'. Isya menikah dengan nabi Zakaria dan memiliki seorang anak bernama Yahya. Yahya sekaligus keponakan dari Imran dan sepupu dari Maryam, juga seorang nabi yang dikaruniai hikmah dan ilmu semasa kanak-kanak.

Keluarga Ali Imran hidup ditengah kekuasaan bangsa Romawi, para paganis atau penyembah berhala yang tidak memeluk agama samawi. Pada 25 sebelum masehi keluarga Ali Imran tinggal di Palestina (Yerusalem), saat itu baitul Maqdis juga berada dalam kekuasaan Romawi kuno yang beribukota di Roma.

Pada masa itu Bani Israil telah jauh dari ajaran yang diturunkan kepada nabi Musa as. dan bertolak belakang dengan syariatnya. Hanya tinggal Zakaria dan iparnya Imran yang tetap setia beribadah dan berdiam diri di bangunan besar Baitul Maqdis. Penduduk Bani Israil telah tenggelam dalam materialisme. Sehingga keluarga-keluarga mukmin di masa itu hidup dalam suasana dan kondisi yang tertindas.

Keluarga Ali Imran ini dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi keluarga teladan sepanjang masa karena ketaqwaan kepada Allah SWT. Selain itu, istri Imran juga seorang yang pantang menyerah dalam berharap kepada Allah, agar memberikannya keturunan meskipun dia mandul.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Dalil Al-Quran tentang Malaikat Pencatat Amal

Dalil mengenai malaikat pencatat amal baik dan buruk diterangkan dalam firman Allah surat Al Infithar ayat 10-12:

وَاِنَّ عَلَيْكُمْ لَحٰفِظِيْنَۙ,كِرَامًا كَاتِبِيْنَۙ,يَعْلَمُوْنَ مَا تَفْعَلُوْنَ

Artinya: "Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Melalui ayat ini ditegaskan bahwa setiap perbuatan tidak akan luput dari catatan. Semua catatan ini akan ditunjukkan di Hari Kiamat tanpa celah sedikitpun.

dampak negatif judi:

1. Menyebabkan orang malas hingga bangkrut

2. Memicu perkelahian, pertikaian, permusuhan, hingga pembunuhan

3. Menghancurkan rumah tangga

4. Kegiatan yang sia-sia dan menghabiskan waktu

5. Mengakibatkan pelakunya lupa agama dan Allah SWt

6. Menjauhkan pelaku dari kehidupan sosial yang normal

7. Pelaku rentan melakukan pencurian, perampasan, dan perampokan yang hasilnya digunakan untuk judi.

Dikutip dari buku Khotbah Jumat Aktual yang ditulis Effendi Zarkasi, judi dalam Al Quran disebut al maisir. Salah satu dampak negatif dari judi lainnya diterangkan dalam kitab Al Mawsu'ah Al Fiqhiyyah.

"Kerusakan maysir (di antara bentuk maysir adalah judi) lebih berbahaya dari riba. Karena maysir memiliki dua kerusakan: (1) memakan harta haram, (2) terjerumus dalam permainan yang terlarang. Maysir benar-benar telah memalingkan seseorang dari dzikrullah, dari shalat, juga mudah timbul permusuhan dan saling benci. Oleh karena itu, maysir diharamkan sebelum riba," tulis kitab tersebut.

Demi menghindari dampak negatif judi dan selalu mendapat keberuntungan, Allah SWT menyarankan hambaNya selalu menjauhi perbuatan tersebut. Saran ini terdapat dalam QS Al Maidah ayat 90,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanū innamal-khamru wal-maisiru wal-anṣābu wal-azlāmu rijsum min 'amalisy-syaiṭāni fajtanibụhu la'allakum tufliḥụn Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Dengan mengetahui dan mengingat salah satu dampak negatif dari judi, setiap muslim diharapkan selalu menolak keinginan untuk melakukannya. Judi tidak akan membawa dampak baik atau keuntungan bagi pelakunya.

Iman kepada malaikat adalah bagian dari rukun iman. Sebagai implementasi dari rukun iman tersebut, kita perlu mengetahui tentang malaikat, salah satunya adalah malaikat pencatat amal baik dan amal buruk.

Mengutip buku Tafsir Al Munir Jilid 1 oleh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, dijelaskan Allah SWT telah mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hati manusia, namun Dia tetap menugaskan malaikat untuk mencatat dan mengawasi perbuatan manusia. Tujuannya adalah sebagai bukti agar manusia tidak bisa menolaknya.

Malaikat pencatat amal baik berada di sisi sebelah kanan untuk mencatat amal kebaikan, ia adalah malaikat Raqib. Sedangkan malaikat yang berada di sisi kiri untuk mencatat amal buruk adalah malaikat Atid.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT